Nama : Wiwit Riyantina
NIM : 122310008
Prodi : Agribisnis / Pertanian
Saudariku, Apa yang Menghalangimu untuk Berjilbab?
Saudariku…
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Saudariku…
Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali kutanya, “Kenapa jilbabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan surat cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?
Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali kutanya, “Kenapa jilbabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan surat cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?
Mengapa Harus Berjilbab?
Mungkin aku harus kembali mengingatkanmu
tentang alasan penting kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan perintah
jilbab kepada kita –kaum Hawa- dan bukan kepada kaum Adam. Saudariku, jilbab
adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan keindahan dirimu,
agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang. Ingatkah engkau ketika engkau
membeli pakaian di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya, memegangnya,
mencobanya, lalu ketika kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan meminta kepada
pemilik toko untuk memberikanmu pakaian serupa yang masih baru dalam segel.
Kenapa demikian? Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru, bersih dan
belum tersentuh oleh tangan-tangan orang lain. Jika demikian sikapmu pada
pakaian yang hendak engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu sendiri?
Tentu engkau akan lebih memantapkan ‘segel’nya, agar dia tetap ber’nilai jual’
tinggi, bukankah demikian? Saudariku, izinkan aku sedikit mengingatkanmu pada
firman Rabb kita ‘Azza wa Jalla berikut ini,
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung” (Qs. An-Nuur: 31)
Dan firman-Nya
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)
Saudariku tercinta, Allah tidak semata-mata
menurunkan perintah jilbab kepada kita tanpa ada hikmah dibalik semuanya. Allah
telah mensyari’atkan jilbab atas kaum wanita, karena Allah Yang Maha Mengetahui
menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala
aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang saudari, seorang
bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat.
Allah menjadikan jilbab sebagai perangkat untuk melindungi kita dari berbagai
“virus” ganas yang merajalela di luar sana. Sebagaimana yang pernah disabdakan
oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang artinya,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan
menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no.
1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no.
10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)
Saudariku, berjilbab bukan hanya sebuah
identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi
jilbab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala,
selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga
merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah
beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selain itu, jilbab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan
kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk
dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
Penulis:
Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad
Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar